Pages

Saturday, July 18, 2020

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ May the peace, mercy, and blessings of Allah be with you

Bismillahhir rahmanir rahim:
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
In the name of Allah, the beneficient, the merciful.

اَهْلاًوَسَهْلاً (ahlan wa sahlan)

How are all you wonderful people? I trust I am finding you enjoying this lovely day wherever you are…

A little something which is on my mind today:

When it comes to religion, our deen, as the youth of today it is indeed a great challenge to keep on the straight and narrow. Living in a westernized society there is so much temptation and exposure to things which maybe we shouldnt be seeing or doing. To face the facts – it is a reality. How hard is it not to resist that pair of shorts on a 34degrees African summer day? To not have a sip of what the in crowd is drinking?

Times have changed, and most families are much more liberal – as South African Muslim women we enjoy so much more freedom than our sisters in many other parts of the world. A freedom which we more often than not take for granted. Yet if we were to just take a moment to sit back and reflect, if we could see our lives displayed in a mirror a la that movie scene where you are transported to having a peripheral view of our lives. Are we so concerned with what foods the MJC deems Halal, that we do not stop to look at the little things which we consume in our lives that is haraam.

How many of us use these sunnah words during the day? How many of us know the following terms and its meanings? (http://www.revertmuslims.com/arabic.html)

  • Assalaamu Álaykum (Peace be upon you) – by way of greetings
  • Wa alaykumus salaam (peace be upon you) – in reply to the greetings
  • Bismillah (in the name of Allah) – before making a beginning
  • Jazakallah (may Allah reward you) – for expression of thanks
  • Fi Amanullah (may Allah protect you) – by way of saying good-bye
  • Subhaanallah (glory be to Allah) – for praising something
  • Insha Allah (if Allah wishes) – for expressing a desire to do something
  • Astaghfirullah (I beg Allah for forgiveness) – repenting for sins before Allah
  • Maa shaa Allah (as Allah has willed) – for expressing appreciation of something good
  • Alhamdulillah (praise be to Allah) – for showing gratitude to Allah after success or even after completing anything
  • Yaa Allah (Oh Allah) – when in pain or distress, calling upon Allah and none else
  • Aameen (may it be so) – the end of a Dua or prayerInnaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’oon (to Allah we belong and to Him is our return) – this is uttered as an expression of sympathy of the news of some loss or some one’s death
  • As salamu aleiykum wa rahmatullahi wa barakatuh -Peace and mercy and blessings of Allah be upon you
  • Waleiykum assalam wa rahmatullahi wa barakatuh-And peace and mercy and blessings of Allah be upon you
  • Bismillah – before making a beginning In the name of Allah
  • May Allah reward you – JazakAllahu khair for _expression of thanks May Allah reward you for the good
  • BarakAllahu feekum – responding to someone’s thanks May Allah bless you
  • Astaghfirullah – repenting for sins before Allah I beg Allah for forgiveness
  • Aameen – the end of a Dua or prayer May it be so
  • Sal allahu aleihi wasallam – whenever say the name of Prophet Muhammad Peace be upon him (S.A.W.)
  • Alaihi salaam – whenever say the name of a prophet Peace be upon him (A.S.)
  • Radi Allah Anhu – whenever say name of male companion of the Prophet (Sahabi) May Allah be pleased with him (R.A.)
  • Radi Allah Anha – whenever say name of female companion of the Prophet May Allah be pleased with her (R.A.)
  • Radi Allah Anhum – Plural form of saying companions of the Prophet May Allah be pleased with them (R.A.)
  • La hawla wala quwata illah billah – during the time of troubles There is no strength nor power except Allah
  • Fi sabi lillah – giving charity For the sake of Allah
  • “Tawakkal-tu-Allah – rely on Allah) to solve a problem
  • Tawkkalna-Alai-Allah – we have put our trust in Allah) when you wait for a problem to be solved.
  • Rahmah Allah – Allah have Mercy on him) when you see someone in distress.
  • Na’uzhu-bi-Allah – when we seek refuge in Allah) to show your dislike.
  • Inna Lillah – we are for Allah – when you hear about a death
  • Atqaa Allah -fear Allah – when you see someone doing a bad deed.
  • Allahu Yahdika – may Allah guide you – to forbid somebody to do something indecent.
  • Hayyak Allah – (Allah maintain your life) when you greet someone.
  • Allah Aalam – (Allah knows best) when you say something you are not sure of.
  • Tabarak Allah – (blessed be Allah) when you hear a good news
  • Hasbi Allah – (Allah will suffice me) when you are in a difficult situation.
  • Azhak Allah Sinnaka – (May Allah keep you cheerful) when you seek another Muslim with cheerful countenance.

I also came across  (http://www.missionislam.com/kidsclub/islamicterms.htm) and (http://islamicink.wordpress.com/basic-islamic-phrases-terms/

Being a muslim does not guarantee a “boring” existence. Being a muslim is something we should be proud of. And it should all start with our Imaan, our Faith.

We should not be ashamed to wear our hijaab; we are so priviliged to be able to, unlike our French sisters. We should strive to learn about our deen in order to empower ourselves, and enrich our knowledge. In this day and age, with technology as such a powerfull tool we should embrace it. We should strive to make the lives we lead in this dunya worthy for the akhirah.

It might be hard to get into the routine of fulfilling our religious obligations, of performing our salaah and wearing our hijaab. It might be hard not going to clubs and disassociating ourselves from being in the ‘it’ crowd. At the end of the day, when we are seated in sajdah and feel the release from the hold society has on us to conform – that feeling of being close to Allah makes it all worth it.

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

May the peace, mercy, and

 blessings of Allah be with you

Shahirazad

https://22ndcenturymuslimah.wordpress.com/2012/07/23/hello-world/

Saturday, August 17, 2019

Font Bank

A B C D E F G 
Halifax sp Normal 15 / 3.5 | V2 one line 3.4
I J K 
LLOYDS
Size 10
Line Spacing 2.85

M N O P Q
R
Royal Bank of Canada
Font name
Serif Medium - Download
Size 12pt
Leading 18.8
S
Starling Bank sp 1.85
T U V W X Y Z

Sunday, August 24, 2008

Untuk Aktifis Dakwah




Bismillah

Segala puji bagi Allah penguasa seluruh alam dengan segala pujian ma’tsur yang ada pada Kitabullah dan terlantun dari lesan rasul-Nya. Salam dan shalawat teruntuk Rasulullah Muhammad saw yang dengan perjuangannya Al Islam tersiar memberi warna kehidupan sekian banyak jiwa dan menjadi pemandu yang kuat dihadapan manusia.
Aku senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang menyesatkan manusia, dari makar kaum yang mewarisi perilaku khawarij, dan dari upaya memecah belah ummat yang banyak berseliweran di depan mataku yang dilakukan oleh orang-orang yang mendakwakan diri mengikuti manhaj rasulullah namun sejatinya mereka masih jauh dari Al Islam secara kafaah dan hanya mengambil sebagian dari aqidah, fiqh, dan syari’ah sementara banyak hal yang mereka kesampingkan dari Al Islam. Cukuplah perkataan Allah bahwa perpecahan dan bangga golongan menjadi sumber kemusyrikan menjadi landasan bagi ukhuwah Islamiyah dan dakwah Islam yang syumuliyyah.

“… dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.(QS. Ar Rum 30 : 31-32)

Dan bagi setiap Mu’min menyelamatkan saudaranya yang tersesat atau berada dalam kelalaian dengan mengingatkannya agar berada dalam kelurusan manhaj Rasulullah.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian , kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (Al Ashr : 1-3)

HARAPANKU AKAN NASIHAT, BUKAN CACIAN, CELAAN, ATAU HASUTAN

Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidak dikehendaki cacian atau pun celaan dari saudaranya pada diri seorang muslim, apabila ia terlupa, lalai atau mendekati jurang kesesatan. Namun sentuhan nasihat yang lembut melaui tutur kata yang memiliki hujjah hendaknya menjadi bagian dari dakwah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan seruan yang tepat pada sasarannya dengan membangun kedekatan hati. Sungguh ad-Diin ini adalah nasihat.

“Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, nasihat-nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang mengetahui siapa yang terbimbing”.(An Nahl :125)

AKU BERLINDUNG DARI SIFAT ORANG KHAWARIJ

Perpecahan umat ini telah sampai pada kondisi yang mengkhawatirkan. Klaim kebenaran tiap golongan telah menjadi santapan harian yang tidak layak lagi untuk dikonsumsi, karena hanya akan memperbesar kebencian sementara seruan kembali kepada kebajikan tiada lagi merdu diperdengarkan. Apalagi apabila kemudian diikuti dengan pengkafiram dan penjatuhan putusan sesat tanpa memberikan solusi yang terbaik. Al Islam justru akan dipandang menyeramkan dan jauh dari apa yang dikatakan indah sementara faidah yang lain bagi tegaknya al-haq jauh panggang dari api. Justru sebagian kalangan saat ini mencoba melihat bahwa diri mereka lebih dari pada yang lain, lalu memposisikan diri jauh dari ummat sementara fatwa-fatwa mereka terhadap golongan lain kian membingungkan masyarakat. Mereka menjadi menara gading dalam kehidupan yang seharusnya bisa dijalani secara manusiawi. Sungguh upaya memisahkan diri dari ummat Islam secara luas ini telah dimulai oleh orang khawarij yang menganggap penafsiran mereka paling benar. Klaim suatu kelompok difatwakan sebagai khawarij mungkin saat ini sudah tidak relevan lagi. Namun agaknya semangat mereka masih diwarisi oleh generasi setelahnya yang mengklaim pemahaman mereka paling benar, yang lain di luar meeka dianggap salah, dan mengklaim bahwa mereka pewaris ahlush shunnah wal jamaah hanya karena mereka meruju’ pada kitab-kitab para salafush shalih, namun pada hakikatnya semangat persatuan yang mereka miliki tidak diwarisi. Namun pada kenyataannya, perilaku para pengikut mereka tidak jauh berbeda dengan yang lain dalam mencerminkan keislaman sebagai sebuah nilai praksis dalam masyarakat. Ikhwan yang mendekati akhwat dari harokah lain untuk bisa merekrutnya., dakwah yang dilakukan dengan keras tanpa mempertimbangan al-mashlahat al mursalah yang lebih besar, dakwahyang menyeru kepada taqlid, dan masih banyak penyimpangan lain. Sementara mereka lebih senang melihat aib saudaranya yang juga berjuang bagi Al Islam, sementara kekurangan yang ada pada golongan mereka ditutupi dengan sejuta doktrin kebencian dan permusuhan terhadap golongan yang lain. Paling parah, apabila kemudian menggunakan berbagai dalil bukan sebagai pijakan untuk titik tolah namun sebagai justifikasi kebenaran yang mereka yakini. Lalu apa yang salah dengan mereka?

“Akan muncul di antara ummatku suatu kaum yang membaca Al Quran, jika bacaan Quran kamu sekalian dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, dan shalat kamu sekalian dibandingkan dengan mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Al Quran dan mereka menyangka bahwa (apa yang mereka baca dari Al Quran) itu untuk ( membenarkan apa yang ada pada) mereka, padahal (apa yang ada pada mereka) itu tuntutan terhadap m,ereka. Bacaan mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. M,ereka melesat (lari) dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya,,,”(HR Muslim)

WAHAI SAUDARAKU, APAKAH DAKWAH ITU PARSIAL (JUZ’I)?

Telah berlalu sekian banyak masa yang menorehkan dalam lembar sejarah tentang orang-orang yang merasa bahwa mereka berilmu dan pemahamanmereka selalu benar namun pada hakikatnya mereka tertipu dengan nafsu yang menguasai diri mereka dalam belenggu taqlid buta.
Umat Islam terdahulu, salaf maupun khalaf, sebagian dari mereka telah memahami inti ajaran dien ini dengan benar. Sekali pun kadang kala mereka berbeda pendapat dalam memahami nash Al Quran maupun Sunnah rasul-Nya, namun mereka tetap bersatu dalam asas dan tujuan. Mereka tetap menyatu dan tidak saling mengkafirkan.(Al Islamu bi laa Madzahib, Musthafa Muhammad Asy syak’ah)
Sebagian dari kalangan ummat ini menganggap bahwa firqah yang ada adalah bid’ah dan sesat, sementara firqah mereka sendiri diklaim oleh mereka sendiri sebagai firqah an Najiyyah dan thoifah al manshurah. Apabila kita mencoba untuk merunut pemikiran tersebut yaitu bahwa mereka menyatakan golongannya paling benar dan menganggap diluar itu tidak berilmu kemudian mereka menamakan diri mereka sebagai pengikut ahlush shunnah yang asli dan para salafush shalih yang tulen. Sementara pada saat demikin mereka tidak lebih baik dari yang lain dalam amaliyah. Sungguh mereka pun sebuah firqah dan klaim kebenaran yang mereka gembor-gemborkan juga tidak terbukti dalam kehidupan. Terminologi salafush shalih, salaaf, ahlush shunnah wal jamaah, sunni, firqah an-najiyyah, dan lain sebagainya adalah term yang bersifat umum dan tidak mengarah pada satu golongan sehingga tidak bias diklaim sebagai “dirinya” oleh suatu kelompok. Coba tanya kepada mereka, apabila ada suatu golongan lain diluar mereka, pemahaman hampir sama dengan mereka, buku rujukan sama pula, dan mereka berpegang pada Al Quran dan Shunnah, akan tetapi golongan ini tidak pernah mengklaim sebagai pewaris salafush shalih namun semangat para salaaf ini mereka hidupkan, apakah golongan tersebut termasuk firqah sesat yang menyimpang. Jawabannya tentu akan berbelit, namun dapat dipastikan mereka akan mencari celah aib dari saudaranya yang diluar mereka, lalu kekurangan itu mereka bongkar dihadapan public, sampai-sampai musuh-musuh Islam pun harus bertepuk tangan melihat “ketidak rukunan” sebagian umat terhadap yang lain. Dan tidak jarang hal yang demikian justru dimanfaatkan oleh orang kafir untuk tujuan makarnya.
Mungkin apabila kita jujur pada pemahaman kita, maka kita akan berkata bahwa Islam tidak pernah mengenal mahzab selain berpegang teguh pada Al Quran dan Ash Shunnah. Pada kenyataannya firqah salafiyyah sebagai contoh merupakan kelanjutan dari madzab Hambali. Apabila mereka sangat memusuhi firqah asy’ariyah, misalnya, maka hal ini adalah sesuatu yang wajar karena dari segi historis telah terjadi perdebatan yang sengit antara kedua firqah ini bahkan perdebatan tersebut diwariskan sampai hari ini tentang klaim bahwa manhaj yang mereka pakai adalah warisan salafush shalih.(Islamu bi Laa Madzaahib).

BEBERAPA CIRI KHAWARIJ YANG MELEKAT PADA DIRI MEREKA

Ada beberapa ciri firqah khawarij yang semangatnya telah diwarisi sebagian generasi yang tentunya harus diwaspadai sebagai bentuk lain mereka. Ahmad salaam dalam tulisannya Maa Ana ‘Alaihi wa Ash-habiy menjelaskan sebagai berikut :
· Mereka menganggap pemahaman mereka paling benar dan berlebihan dalam beribadah.
Dari Ali bin Abi Thalib ra, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah saw berkata : “Akan muncul di antara ummatku suatu kaum yang membaca Al Quran, jika bacaan Quran kamu sekalian dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, dan shalat kamu sekalian dibandingkan denganmereka tidak ada pa-apanya. Mereka membaca Al Quran dan mereka menyangka bahwa (apa yang mereka baca dari Al Quran) itu untuk ( membenarkan apa yang ada pada) mereka, padahal (apa yanga daa p[ada mereka) itu tuntutan terhadap m,ereka. Bacaan mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. M,ereka melesat (lari) dari Islam sebagaimana melesatnyaanak panah dari busurnya,,,”(HR Muslim)
· Mudah mengkafirkan dan menganggap di luar mereka sesat.
Mereka tidak mencoba untuk memberikan ruangan dan waktu melakukan muhasabah untuk menghisab diri mereka. Sungguh mereka lebih suka menyerang sesama muslim yang telah terikat dengan syahadat daripada berdakwah kepada orang yang nyata-nyata kafir, dari golongan ahlul kitab. Anehnya mereka bersikap keras terhadap sesama muslim di luar golongan mereka dengan alasan menjaga kemurnian manhaj, namun membiarkan orang kafir dalam kesesatan sehingga terlihat seolah adil dan toleransi terhadap kaum kafir karena saking banyaknya mengurusi aib atau kelemahan saudaranya sesama muslim.
Dari Abu sa’id ra berkata Rasulullah saw : “Mereka membunuh orang-orang beriman dan membiarkan para penyembah berhala. Sekiranya saya menjumpai orang seperti itu, pasti saya perangi seperti memerangi kaum ‘Aad ”. (Muttafaqun ‘Alaihi, Muslim dalam shahihnya, 2/742)

MARI KITA BERSIKAP

Sungguh perpecahan yang tercipta adalah pelanggaran terhadap terhadap kitab suci kita Nash tentang larangan pecah belah (taffaruq) dan anjuran persaudaraan adalah perintah yang nyata.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.(Ali Imran :103)
Sedangkan dakwah tentunya sulit apabila dijalankan dengan bersikap keras terhadap mad’u atau bahkan memfitnah, mencela, mencaci, menyebarkan aib golongan lain hanya karena da kelemahan pada diri mereka,misalnya. Berdakwah tentu berbeda dengan menghakimi.
Terhadap da’i lain yang melakukan kesalahan maka seharusnya seorang muslim bertindak bijak. Sungguh adil apa yang diungkapkanSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz dalam wawancara dengan majalah Intilaq, No.15/16-31 Oktober 1993, hal.8-13) sebagai berikut : sedang nasehat saya kepada yang menemukan kesalahan pada mereka, agar dapat mengarahkan dan mengingatkan mereka dengan mengatakan misalnya :..kalian telah salah dalam hal ini seharusnya begini dan begini.” Agar mereka memperhatikan kesalahan ini. Bukan menghina atau mencaci mereka hingga orang lain terhalang untuk mendapatkan kebaikan yang banyak ini. Bila ia tidak memiliki kepastian, maka katakanlah ,’’ telah sampai kepadaku begini, untuk itu saya mencari kepastian hal itu…”agar tidakmenjadi anasir penghancur dan perusak hingga tuduhan-tuduhan sirna dan melahirkan faidah dan kebaikan untuk semua.
Dalam hal memberi nasihat beliau Syaikh bin Bazz mengatakan tersebut beliau mengatakan : kita harus bijak, netral, dan adil dalam menilai sesuatu. Kebenaran lebih utama dari yang lain, maka bila ia memiliki kebenaran dan kebathilan, kita ambil kebenarannya dan tinggalkan kebathilan.

SIKAPKU TERHADAP KALIAN AKTIVIS HAROKAH

Sungguh andaikan benar ucapan suatu kaum terhadap suatu wajihah dakwah, mungkin aku berharap kepada Allah bukan termasuk suatu kaum yang hanya bisa menyuarakan aib saudaranya, namun aku akan menjaga agar aib itu tidak berkembang menjadi konsumsi kebanyakan kalangan termasuk orang kafir. Dan aku akan berusaha untuk menjadi anasir kebaikan yang senatiasa mewartakan Al Haq dan menghidupkan suasana saling nasihat menasihati dal;am kebajikan dan dalam menetapi kesabaran. Aku juga tidak akan keluar sebagaimana keluarnya khawarij dari jamaah kaum muslimin tanpa memberikan solusi apa pun dengan membiarkan mereka tetap dalam kesalahan, seandainya mereka memang salah. Akan tetapi ketika kulihat berbagai penyimpangan maka itulah lahan dakwahku dan aku berharap akan dipilih Allah untuk menjadi penyerunya dengan kemampuan yang kumiliki hingga menjadi tabungan akhiratku atau setidak-tidaknya aku termasuk selemah-lemah iman dengan hanya mengingkarinya dalam hati. Tugaskulah mengingatkan saudaraku apabila terlupa dan bukan justru meninggalkannya apabila ia dalam kecelakaan. Sungguh aku tidak mau bertindak sebagaimana orang munafik berbuat, menolak organisasi karena dianggap bid’ah dan haram sementara dilain waktu memanfaatkan organisasi yang tersedia untuk berdakwah atau menolak politik sementara apa yang sering dilakukan pada hakekatnya sama dengan intrik-intrik politik bahkan lebih terkesan sebagai penganut sarkasme. Misalnya, black propagandist seperti yang sering mereka lakukan pada kelompok lain. Islam itu menyeluruh artinya ia bukan hanya ibadah tetapi juga siyasah dan daulah bahkan khilafah. Ia bukan hanya theori namun memasuki wilayah praksis. Tidak bisa, kita bertumpu pada satu pegangan lantas melepaskan bagian yang lain. Mereka yang berlepas diri dari satu bagian yang pada hakekatnya adalah bagian aturan Islam akan sering terantuk dengan apa yang dihindarinya.

“ Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Rasulullah saw berkata : “Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya. Apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia mengubah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman. (HR Muslim)
Dan andaikan tuduhan itu tidak benar semoga tidak akan mengurangi fungsinya sebagai wajihah amal da’wiyah. Allah yang akan menyingkapnya, namun kewajiban manusia tetap berusaha. Aku berlindung kepada Allah dari cercaan dan kejahilan orang-orang yang jahil.
Demi Allah, aku hanya ingin mengajak semua pihak introspeksi dan merenungkan kembali, tentang apa yang selama ini telah kita lakukan untuk Islam dan umatnya. Bukan dengan memperbesar perbedaan, apalagi hanya karena marhaliyah dakwah yang berbeda. Kita mendakwahkan Islam atau bangga golongan? Apa yang kita sampaikan menyatukan ummat atau justru menumbuhkan perpecahan? Bagaimana sikap kita terhadap mereka yang berbeda pandangan dalam masalah furu’iyyah? ayat dan hadits mana yang memerintahkan kita untuk memvonis kafir mereka yang dalam qolbunya bersemayam Laa illaha ilallah?Bertaubatlah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Wallahu a’lam


Aktivis dakwah teruslah maju. Anggap hadangan, celaan, dan cercaan sebagai bagian dari dinamika dakwah yang memang harus dilalui. Terus bekerja demi kepentingan umat dengan tanpa banyak bicara sambil terus menuntut ilmu adalah lebih baik daripada banyak berkoar tentang aqidah dan fiqh namun tidak pernah dilaksanakan dan hanya menjadi alasan untuk merendahkan kehormatan saudaranya.